
Sudah 5 tahun saya merayakan natal seorang diri. Saya merasa makin expert dalam hidup sendirian termasul dalam coping dalam kesepian. Dahulu, saya tak pernah menemukan sukacita natal. Bagiku natal adalah hari yang sama saja. Ekpetasiku mengenai natal mungkin sangat tinggi. Kebahagiaan, kado, orang datang ramai berkunjung merayakan natal bersama. Itulah ekspetasiku.
Entah kenapa semakin dewasa, semua makin berubah. Sukacita natal yang ada saat aku masih kecil makin menghilang saat aku makin dewasa. Orangtua yang sering bertengkar, saudara yang tak pernah bicara padaku, pekerjaan yang sulit kudapat, dan makin dewasa orang yang bertamu makin sedikit apalagi setelah orangtuaku pensiun. Mungkin semua orang makin sibuk atau mereka memang tak peduli pada kami setelah kami jatuh.
Bertahun-tahun natal berlalu, doaku agar keadaan berubah membaik tak kunjung didengar. Menjadi pengangguran mengikis rasa percayaku pada Tuhan. Aku merasa tak percaya lagi padaNya. Bahkan setelah aku diterima bekerja, rasanya aku tak mau mengakui bahwa kesuksesanku adalah karena Tuhan yang memberinya. Aku masih belum menemukan sukacita natal itu.
Akan tetapi tahun ini terasa sangat berbeda. Aku merasa tidak sendirian di natal ini. Kesepianpun tidak. Aku merasa Tuhan menyertai aku. Kenapa aku bisa menemukan Tuhan dan mendapatkan sukacita natal itu ? Aku menyadarinya dari beberapa momen yang aku alami di sepanjang tahun 2023 ini :
Daftar Isi
Menyadari Tuhan Mencari Saya
Saya merasa selama ini Tuhan melupakanku. Saya tak menyadari bahwa semua yang kudapat adalah anugerah Tuhan. Kadang saya merasa sombong, seperti bisa lulus seleksi dalam mendapatkan pekerjaan atau penghasilan yang kudapat. Tak pernah aku bersyukur akan Tuhan soal itu. Aku merasa itu karena kekuatanku sendiri. Kemudian 3 tahun setelah aku diterima bekerja, yaitu tahun 2022, aku mengalami bencana keuangan yang tak kusangka-sangka.
Entah apa dipikiran saya saat itu, yaitu ikut-ikutan teman saya ikut bermain di crypto yang berujung ludesnya uang puluhan juta rupiah pada November 2022. Saya mungkin terlalu sombong dan serakah. Melihat kesuksesan teman saya, pasar kripto yang dijamin pemerintah dan iming-iming influencer mengenai kebebasan finansial, dengan percaya diri saya ikut dalam permainan itu.
Belum selesai kehancuran keuangan saya, keluarga saya ternyata terjerat pinjaman online kemudian pinjaman bank pada bulan desember 2022. Semua terjadi diluar ekspetasi. Karena tertekan, saya berobat ke dokter saat itu.
Tapi saat natal tahun lalu, saya tak berdoa apapun pada Tuhan. Minta tolong saja tidak. Yang aku rasakan, ini kesalahanku, kebodohanku, sayalah yang harus tanggung. Saya sama sekali tak berharap apapun. Hidup terasa berat dan kosong karena harus menanggung beban keuangan karena salah investasi dan menjadi generasi sandwich. Saya sama sekali tak merasakan sukacita natal.
Hingga dibulan Mei 2023, saya terkena sakit mata parah. Mata saya begitu rabun. Saya kebingungan dan mengambil cuti sakit. Ditengah-tengah cuti, saya hanya menonton youtube di rumah. Kadang saya menangis karena tidak bisa melihat gambar dengan jelas, tapi saya kuatkan diri. Kala itu saya benar-benar merasa seorang diri. Sakit di tempat jauh dan asing dari keluarga. Saat itu saya belum berdoa pada Tuhan. Hingga saya melihat khotbah di channel youtube GSJS. Disana seorang gembala bernama PS. Michael Gunawan pernah berkata bahwa jika ada penderitaan yang terjadi itu karena Tuhan sedang mencarimu. Tuhan menunggu kita berdoa padaNya.
Saya memutuskan berdoa saat itu. Satu bulan kemudian mata saya sembuh seperti sediakala. Saya sangat bersyukur pada Tuhan. Saya merasa hidup lebih tenang. Tuhan datang ke dunia untuk mencari saya dan sekarang saya sudah kembali padaNya.
Karena Tuhan mencari saya, maka sekarang saya juga mencari dia. Dengan doa terus menerus. Tak harus meminta sesuatu, tapi cukup bersyukur dengan apa yang saya dapat hari ini. Berdoa adalah salah satu metode menghubungkan diri dengan alam semesta berdasarkan buku The Universe Has Your Back. Positifnya, setelah saya rajin berdoa, saya punya teman bercerita. Saya merasa lebih aman dan nyaman.
Hadiah itu Diberi bukan Diminta
Salah satu magic moment yang saya sadari pada natal kali ini adalah kitalah yang harus memberi hadiah pada Yesus Kristus bukan sebaliknya. Dari kecil, yang saya tahu mengenai natal itu adalah menerima hadiah natal dari orang tua saya. Itulah sukacita natal bagi saya. Natal bagi saya lebih mementingkan materi.
Mungkin sayalah yang terlalu berekspetasi tinggi pada Natal. Bertahun-tahun saya meminta pada Tuhan di saat Natal agar diberi pekerjaan dan tak kunjung dikabulkan. Setelah saya berhenti meminta, baru saya mendapat pekerjaan. Saya merasa, what a joke kalau begitu lebih baik tidak usah minta. Lebih baik saya usaha sendiri. Saya menuntut Tuhan seakan-akan saya sudah pantas menerima berkat itu.
Hidup kemudian dilanda kemarahan dan ketidaktenangan. Saya bersikap baik kepada orang tapi malah berhadapan dengan orang yang diluar ekspetasi saya. Kemudian, saya mulai menghitung-hitung apa yang saya berikan pada orang lain. Saya kehilangan pegangan diri. Bahwa bukan kehendak saya yang jadi tapi kehendak Tuhan yang jadi. Saya tidak akan bisa mengendalikan orang lain agar menghargai saya atau menolong saya saat kesulitan.
Seperti orang Majus dari Timur, yang memberikan hadiah pada Tuhan Yesus saat lahir, maka sayapun yang harus melakukan sesuatu untuk Tuhan, bukan memaksa Tuhan memberi hadiah pada saya. Saya tidak harus memaksakan saya harus dihargai orang lain dan memaksakan orang lain harus membalas apa yang saya lakukan untuk mereka. Karena hadiah adalah pemberian bukan paksaan. Termasuk berkat Tuhan bukan lahir dari paksaan melainkan oleh karena kehendaknya yang jadi.
Kata Maria, ” Aku ini hamba Tuhan. Jadilah padaku menurut perkataanmu itu”. Lalu malaikat itu meninggalkan dia”
Lukas 1 :38
Dengan keikhlasan tanpa mengharapkan apapun melainkan mensyukuri hadiah Tuhan yaitu hadirnya Tuhan Yesus dalam dunia, saya merasa lebih mudah menghadapi kesendirian ini. Sebetulnya apa yang saya dapat sudah lebih dari cukup dan saya sangat bersyukur atas berkat yang Tuhan berikan ke saya.
Pengorbanan yang membawa Sukacita Natal
Saya mulai sadar bahwa di hidup ini tak ada yang gratis. Jika ingin mendapatkan sesuatu harus berkorban. Suatu hari saya pernah bercanda minta traktir ke atasan saya. Betul saya ditraktir, tapi balasannya adalah menjadi omongan orang. Sekali lagi, hadiah adalah pemberian bukan diminta.
Kemudian saya mentraktir kembali atasan saya itu sebagai balasannya dan pembicaraan mengenai saya mulai berhenti. Allah Bapa di surga menginginkan sesuatu dari diri kita, sebagai tanda kita memberi hidup kita pada Tuhan. Akan tetapi sejauh manakah pengorbanan kita itu ? Tuhan memberikan contoh bagi kita bahwa pengorbanan bukan hanya sekedar korban bakaran.
Allah Bapa mau kita memberi seluruh hidup kita sama seperti Tuhan Yesus memberikan hidupnya untuk kita. Bedanya kita tak perlu mati disalib dan menderita, hanya perlu memberikan tenaga, materi dan waktu kita untuk Tuhan. Saya termasuk orang yang paling benci berkorban untuk orang lain, pokoknya saya tidak mau rugi.
Kadang saya menunda tugas yang atasan berikan pada saya. Saya selalu mencari alasan. “Kenapa bukan orang lain saja ?”. Saya menjadi tidak bahagia. Akan tetapi saya melakukan intropeksi diri. Harusnya tugas apapun itu, saya tidak boleh lari. Dari buku yang saya baca yaitu The Universe Has Your Back, mengatakan tugas berulang, yang sama adalah jalan dari alam semesta untuk membuka kesempatan. Saya hanya perlu melakukannya.
Saya sangat menyesali sikap pahit saya itu yang sudah berpikir tidak baik dan tidak bersyukur atas tugas yang saya dapat. Mulai sekarang, saya akan memperbaikinya. Tuhan Yesus sudah berkorban untuk saya, sayapun harus menuruti jejaknya membawa terang bagi orang lain.
Teman saya selalu menyarankan saya, tak perlu sempurna yang penting berusaha sudah cukup. Saya rasa dia benar. Terkadang saya takut hasilnya jelek sehingga saya tidak mengerjakannya sama sekali. Saya rasa salah satu magic moment sukacita natal dalam hidup saya kali ini adalah menyadari bahwa kita juga harus berkorban selayaknya Yesus Kristus yang juga berkorban untuk kita. Seperti kutipan di buku The Universe Has Your Back. Jika kau ingin orang lain berkorban untukmu, maka berkorbanlah untuk orang lain.
Jika kau ingin orang lain membantumu, maka bantulah orang lain
Gabrielle Beirnstein dalam bukunya The Universe Has Your Back
Perngorbanan Tuhan Yesus membawa sukacita natal bagi saya. Saya lebih bersyukur dan menjadi lebih ikhlas di natal kali ini. Saya juga tidak berharap apapun dari orang-orang agar tetap baik pada saya. Bagi saya kebaikan orang sekarang adalah suatu hadiah bukan suatu kewajiban.
Di lautan orang yang sedang merayakan natal, saya sendirian tanpa keluarga. Tapi saya merasakan panggilan Tuhan, hadiah dari Tuhan serta pengorbananNya dan itu membuat merasa saya tak lagi sendirian. Saya harap semua semua orang berbahagia dan merasakan sukacita natal sama seperti saya sekarang.
Merry Christmas !
🚀 Wow, blog ini seperti petualangan fantastis meluncurkan ke alam semesta dari keajaiban! 💫 Konten yang menarik di sini adalah perjalanan rollercoaster yang mendebarkan bagi pikiran, memicu kegembiraan setiap saat. 💫 Baik itu teknologi, blog ini adalah harta karun wawasan yang mendebarkan! #TerpukauPikiran Berangkat ke dalam perjalanan kosmik ini dari imajinasi dan biarkan imajinasi Anda terbang! 🚀 Jangan hanya membaca, alami kegembiraan ini! #MelampauiBiasa 🚀 akan berterima kasih untuk perjalanan mendebarkan ini melalui dimensi keajaiban yang penuh penemuan! ✨
Terimakasih